Sponsors Link

5 Antibiotik Untuk Pertusis Terbukti Manjur dan Aman Dikonsumsi

Sponsors Link

Pertusis atau gejala batuk rejan adalah bentuk infeksi pada saluran pernapasan yang menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan suara napas bernada tinggi seperti melengking. Penyebab batuk rejan penyakit ini adalah adanya infeksi dari bakteri Bordetella pertussis yang ditularkan dengan  melalui percikan ludah penderita. Bakteri menginfeksi lapisan tenggorokan, trakea dan saluran pernapasan lainya sehingg terbentuk lendir yang menumpukk semakin banyak. Penderita yang sakit berat biasanya mengalami kesulitan bernapas sehingga memerlukan perawatan intessif dirumah sakit. Antibiotik pilihan untuk pertusis adaalah eritromisin atau jenis antibiotik makrolida yang diberikan selama sepuluh hari. Makrolid tersedia dalam bentuk tablet, krim dan injeksi. Berikut antibiotik yang tepat untuk pertusis.

1. Erythromycin

Antibiotik pertama untuk pertusis rekomendasi kami adalah antibiotik yang tergolong kedalam antibiotik makrolid digunakan untuk mengobati penyakit akibat bakteri. Erythromycin menghambat peertumbuhan bakteri. Antibiotik untuk batuk rejan ini sangat mudah diserap dan menyebar ke sebagian besar jaringan dan fegosit.

Kadar erythrmycin memuncak selama empat jam setelah pemberian dosis. Antibiotik ini jug bisa digunakan selama kehamilan untuk mencegah infeksi streptokokus pada bayi baru lahir serta untuk menunda pengosongn lambung. Erythromycin tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, suspendi oral, larutan oftalmik, salep, gel, dan injeksi. Efek samping yang biasanya dialami seseorang setelah mengonsumsi erythromycin adalah kram perut, muntah, diare.

2. Azithromycin/ clarithomrycin

Antibiotik untuk perfusis berikutnya bisa berupa fungsi obat batuk ambroxol biasa digunakan untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri seperti radang tenggorokan, batuk, serta juga pertusis. Azithromycin memiliki efek antibakteri yang luas namun sebentar. Azithromycin mencegah pertumbuhan bakteri dengan mengganggu sistem sintesis mereka. azithromycin merupakan jenis antibiotik yang stabil terhadap asam sehingga dapat dikonsumsi secara langsung tanpa mengkonsumsi obat pereda asam lambung. Azithromycin digunakan untuk mengobati beberapa infeksi berikut ini:

  • Pengobatan penyakit paru akibat infeksi bakteri akut.
  • Sinusitis bakteri akut akbat dari bakteri influenza
  • Pneumonia yang sering dijumpai pada masyarakat akibat  C.Pneumonia
  • Faringitis atau radang amandel

Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan antibiotik ini adalah diare, mual, pusing, sakit perut dan pada beberapa kasus tertentu menimbulkan reaksi alergi.

3. Clarithromycin

Clarythromycin merupakan antibiotik yang biasa digunakan untuk mengobati sejumlah infeksi bakteri seperti pneumonia,dan sebagai alternatif untuk penisillin di radang tenggorokan setelah operasi amandel. Antibiotik ini efeksit untuk melawan infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit dan jaringan lunak. clarythromycin merupakan antibiotik yng memiliki sifat stabil terhadap asam sehingga aman dikonsumsi tanpa harus dilindungi dari asam lambung.

Clarithromycin bekerja sebagai inhibitor sintesis protein  mencegah bakteri berkembang biak. Clarythromycin memiliki efek samping seperti mual, muntah, sakit kepala, dan diare. Efek samping yang jarang terjadi seperti mudah marah, halusinasi, perubahan  indera penciuman, rasa, mulut kering, serangan panik dan mimpi buruk.  Antibiotik ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pada saaat masa kehamilan. Berbagai efek samping penggunaan clarithromycin:

  • Nyeri dada, nyeri pada perut, mul, kembung, muntah, diare
  • Gangguan kemampuan indera penciuman, perubahan pada warna lidah dan gigi, ketidaknormalan fungsi hati
  • Kegagalan hepatik, anafilaksis, sindrom steven-johnson, ruam obat dengan eosinofilia dan gejala sistemik sindrom.

4. Trimotheroprim/Sulfametoksazol

Antibiotik untuk pertusis yang dapat diberikan bisa berupa co-trimoxazole adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Dapat digunakan untuk mengobati dan mencegh pneumonia dan toksoplasmosis pada penderita HIV/AIDS. Co-trimoxazole dikenal lebih efektif  mengobati infeksi bakteri daripada salah satu komponen digunakan secara individu.

Trimotheroprim dan sulfamethoxazole memiliki efek yang lebih besar ketika mereka diberikan secara bersama, dengan perbandingan satu banding lima dalam bentuk tablet memasuki tubuh dan langsung memasuki sel darah. Co- trimoxazole mengganggu sintesis folat didalam organisme mikroba seperti protozoa, jamur dan bakteri.   Efek samping yang bisa dialami seseorang setelah mengonsumsi antibiotik ini adalah mual, muntah, diare, ruam dan reaksi alergi. Penggunaan pada wanita hamil menjelang masa kelahiran dan wanita menyusui tidak dianjurkan.

5. Spiramycin

Antibiotik untuk pertusis berikutnya ialah Spiramycin yang selain digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri juga bisa digunakan untuk mengatasi infeksi akibat parasit. Spiramycin berkerja dengan  menghambat pertumbuhan bakteri. Sporamycin tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh wanita hamil atau sedang masa menyusui karena spiramycin tanpa berkonsultasi dengan dokter. Efek samping yang mungkin muncul setelah mengonsumsi spiramycin adalh mual, munth, nyeri perut, diare, gatal, kesemutan, gangguan saraf, reaksi alergi berat. Penggunaan obat ini juga perlu diawasi oleh dokter.

Demikian pemaparan tentang antibiotik untuk pertusis yang perlu anda ketahui. Semoga menambah pengetahuan anda mengenai pertolongan cepat untuk pasien.

, ,
Oleh :
Kategori : Obat Obatan, Pencegahan